Berbicara tentang burung yang nokturnal (aktif di malam hari), pikiran kita mungkin langsung tertuju pada burung hantu. Hewan dari ordo Strigiformes ini terbagi atas dua famili, yaitu Tytonidae yang mempunyai wajah berbentuk hati dan Strigidae yang kebanyakan berwajah bulat. Dari seluruh burung hantu, 69 persen di antaranya adalah nokturnal, 22 persen crepuscular (aktif saat fajar dan senja), serta 3 persen diurnal (aktif di siang hari).
Ada sekitar 250 spesies burung hantu yang tersebar di seluruh dunia, termasuk Inggris. Sebagai burung pemangsa, mereka menggunakan cakar yang tajam dan paruh yang melengkung untuk berburu. Lihat lebih dekat beberapa spesies burung hantu yang dapat dijumpai di Inggris, yuk!
Burung hantu lumbung
Lanjutkan membaca artikel di bawah
Bisa dibilang, burung hantu lumbung (Tyto alba) adalah spesies burung hantu yang paling tersebar luas. Mereka dapat ditemukan di setiap benua, kecuali Antartika. Di Indonesia, mereka dikenal sebagai serak Jawa.
Populasinya di seluruh dunia diperkirakan sekitar 2–9 juta ekor. Jumlahnya cukup banyak karena mereka berkembang biak setahun sekali dengan jumlah telur 4–7 butir. Dibandingkan dengan burung hantu lain, spesies ini mempunyai tingkat akurasi tertinggi dalam berburu. Mereka bisa mendekati mangsanya tanpa terdeteksi karena bulunya mampu meredam suara.
Kesultanan Cirebon
Kesultanan Cirebon ini disebut sebagai jembatan untuk kebudayaan di Jawa Tengah dan Jawa Barat, Kesultanan Cirebon ini memiliki corak Islam yang begitu mahsyur di abad 15-16 Masehi. Memiliki letak yang cukup strategis menjadi kesultanan ini sebagai jalur perdagangan dan pelayaran yang cukup vital antar pulau di masa itu.
Kesultanan Cirebon didirikan oleh Pangeran Cakrabuana atau Walangsungsang atau Haji Abudllah Imam pada tahun 1430. Ia sangat aktif dalam penyebarluasan agama Islam dan Kesultanan Cirebon meningkat kejayaannya ketika dipimpin oleh Sunan Gunung Jati.
Saat ini, Keraton Cirebon dipimpin Sultan Sepuh Aloeda II atau Raden Rahardjo.
Burung hantu bertelinga pendek
Kebanyakan burung hantu bertelinga pendek (Asio flammeus) berkembang biak di Inggris Utara dan Skotlandia (bagian dari Britania Raya). Kamu bisa menjumpainya di padang rumput, lahan terbuka, dan area pesisir. Burung hantu dengan rentang sayap 90–105 cm ini biasanya berburu di siang hari. Makanan favoritnya ialah tikus rumah, mencit, dan tikus padang rumput.
Sebagai hewan yang nomaden, mereka akan berpindah lokasi apabila mangsa mulai menipis atau memasuki musim dingin. Ada yang bermigrasi ke Islandia, Rusia, hingga negara-negara Skandinavia. Walau beratnya hanya 206–475 gram, mereka bisa menempuh jarak yang sangat jauh, bahkan melintasi samudra!
KadipatenPakualaman
Dulu Kadipaten Pakualaman merupakan sebuah negara dependen yang berbentuk kerajaan. Tetapi pada 1950, status negara dependen Kadipaten Pakualaman diturunkan menjadi daerah istimewa setingkat provinsi dengan nama Daerah Istimewa Yogyakarta.
Dikutip dari laman Dinas Kebudayaan Kota Jogja, Kadipaten Pakualaman berdiri pada 1813, kekuasaan Inggris dengan penyerahan kekuasaan oleh Hamengku Buwono II kepada adiknya, Pangeran Natakusuma dengan status Pangeran Merdika. Pangeran Natakusuma kemudian mendapatkan gelar sebagai KGPAA Paku Alam I dengan kediaman di Puro Pakualaman yang berada di sisi timur Kasultanan Ngayogyakarta.
Status kerajaan ini mirip dengan status Praja Mangkunagaran di Surakarta.
Saat ini, Pakualaman dipimpin oleh Sampeyan Dalem Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Paku Alam X dengan nama lahir Raden Mas Wijoseno Hario Bimo.
Installation and removal
There are examples in Hyde Park, Richmond Park and village area of Wimbledon in London; Rayleigh, Colchester and Great Notley in Essex and Worsley, Salford as well as near Epsom Downs Racecourse, Surrey and in Colton on the former A6120 (now B6902) in Leeds. The crossing in Colton has a separate gravel covered section, signposted for use by horses only, located at 53.795888,-1.436130. Another example is situated between Whitby and Robin Hood's Bay, North Yorkshire on Stainsacre Lane.
After completion of upgrading the A66 between Greta Bridge–Scotch Corner in 2007,[4] two pegasus crossings were installed on the section of the dual carriageway in 2009, immediately to the west of Scotch Corner. These crossings included raised buttons for horse riders, safety fences and lights to control the traffic which consisted of only two orange lights. These crossings never became operational and with the exception of the safety fences were later[when?] removed.
There are also examples in use in Lima, Peru.
Control panel for equestrians,
Indonesia memiliki sejarah panjang dari era kerajaan, kolonial, hingga era modern. Saat ini, masih ada kerajaan di Jawa yang masih eksis.
Di Pulau Jawa pernah berdiri beberapa kerajaan besar. Dari Kerajaan Mataram Kuno, Kerajaan Singasari, Kerajaan Majapahit, Kesultanan Demak, Kerajaan Mataram Islam, Kesultanan Cirebon, hingga Kesultanan Banten.
Di antara kerajaan tersebut, masih ada kerajaan yang eksis dengan dipimpin oleh seorang raja. Tetapi, di antara kerajaan itu, hanya Kesultanan Yogyakarta yang masih memiliki fungsi pemerintahan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kerajaan-kerajaan di Jawa dan kerajaan lain di Indonesia masih berkumpul dalam sebuah Majelis Agung Raja dan Sultan (MARS) Indonesia. Di antara yang masih eksis itu adalah Kasultanan Yogyakarta, Kasunanan Surakarta Hadiningrat atau Keraton Solo, Puro Mangkunegaran, Keraton Cirebon, dan Kasultanan Banten. Kesultanan Yogyakarta satu-satunya yang memiliki hak istimewa mengelola pemerintahan. Sedangkan yang lain memiliki fungsi kebudayaan.
Kesultanan Yogyakarta
Kesultanan Yogyakarta atau Ngayogyakarta Hadiningrat ini berdiri sejak 1755 dan raja pertama yang menjabat di kesultanan itu adalah Pangeran Mangkubumi atau Sri Sultan Hamengkubuwono 1.
Kerajaan itu mulanya merupakan pecahan dari Kerajaan Mataram Islam yang terpecah menjadi dua. Pembagian wilayah itu tertuang pada Perjanjian Giyanti. Pecahan lainnya menjadi Kasunanan Surakarta.
Di tahun 1950, Kesultanan Yogyakarta resmi berubah menjadi yang kita kenal saat ini yakni Daerah Istimewa Yogyakarta. Dan hingga saat ini gelar untuk pemimpin-pemimpin daerah tersebut masih menggunakan gelar Hamengkubuwono.
Saat ini, Kasultanan Yogyakarta dipimpin oleh Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X yang juga Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)
Puyuh kepala merah
Yang pertama adalah puyuh kepala merah (Haematortyx sanguiniceps). Orang yang pertama kali mendeskripsikannya adalah Richard Bowdler Sharpe (ornithologist atau ahli burung Inggris) pada tahun 1879. Sebagai hewan endemik, mereka hanya ditemukan di hutan di utara dan tengah Pulau Kalimantan, terutama pada ketinggian 1.000–1.700 meter di atas permukaan laut.
Panjangnya sekitar 25 cm dengan berat 330 gram. Makanannya ialah serangga, buah beri, dan krustasea kecil (seperti isopoda). Populasinya diperkirakan tidak lebih dari 10.000 ekor.
Burung dengan nama ilmiah Lophura ignita ini mempunyai julukan lain, yaitu Bornean crested fireback. Selain Kalimantan, mereka juga ditemukan di Sumatra, salah satunya di Taman Nasional (TN) Batang Gadis, Mandailing Natal, Sumatra Utara. Mereka dapat tumbuh sepanjang 70 cm.
Sebagai spesies yang dimorfik seksual, sempidan biru jantan warnanya mayoritas hitam, berwajah biru, dengan ekor putih atau kuning. Sedangkan burung betina warnanya cokelat dengan wajah berwarna biru. Sayangnya, pemakan buah-buahan dan hewan kecil ini dikategorikan rentan oleh The International Union for Conservation of Nature (IUCN) karena habitatnya kian tergerus dan diburu secara berlebihan.
Lanjutkan membaca artikel di bawah
Namanya ayam hutan merah (Gallus gallus), namun masyarakat mengenalnya sebagai ayam kampung. Leluhurnya berasal dari Asia Selatan, tetapi kini telah tersebar ke seluruh dunia, termasuk Kalimantan. Pejantan lebih panjang (65–78 cm) dibanding betina (41–46 cm) dengan berat rata-rata dua kilogram.
Sebagai omnivora, makanannya adalah jagung, kedelai, beras, cacing, rayap, hingga jangkrik. Mereka dimanfaatkan manusia untuk diambil telur, daging, dan bulunya. Rata-rata ayam hutan merah bisa hidup hingga 10 tahun.
Baca Juga: 5 Fakta Menarik dari Lovebird, Burung yang Menjadi Simbol Cinta!
Selanjutnya adalah kuau raja (Argusianus argus) yang memiliki kemiripan dengan burung merak, yaitu mengembangkan bulunya untuk menarik perhatian betina. Walau tidak se-colorful merak, tetapi terdapat bulatan seperti mata pada bulunya. Kamu bisa menemukannya di hutan Kalimantan, Sumatra, Malaysia (Sabah, Sarawak, dan daerah Semenanjung), Brunei, Thailand, dan Myanmar.
Kuau raja jantan dapat tumbuh sepanjang dua meter, sudah termasuk ekor yang panjangnya 105–143 cm. Makanannya bervariasi, mulai dari buah-buahan, biji-bijian, invertebrata, bunga, hingga pucuk daun. Sadly, karena penebangan pohon yang semakin masif, ekspansi perkebunan kelapa sawit, perburuan liar, dan kebakaran hutan, IUCN mengklasifikasikannya sebagai spesies rentan.
Nama lokalnya adalah puyuh sengayan (Rollulus rouloul), tetapi nama internasionalnya adalah crested wood partridge. Penampilan puyuh jantan dan betina sangat berbeda, di mana tubuh pejantan berwarna hitam atau biru dengan jambul merah atau oranye di atas kepalanya. Sementara, betina berwarna hijau cerah dengan sayap cokelat tanpa jambul.
Puyuh sengayan menghabiskan sebagian besar waktunya mengorek-ngorek tanah dengan kakinya untuk mencari makanan, seperti cacing, kumbang, siput, semut kayu, atau buah-buahan yang jatuh. Kamu bisa menjumpainya di hutan Kalimantan, Sumatra, Malaysia, Thailand, dan Myanmar. Menurut IUCN, spesies ini statusnya hampir terancam karena terus-menerus diburu dan habitatnya dirusak.
Bagaimana, cantik-cantik bukan burung dari famili Phasianidae yang hidup di Kalimantan? Kendati cantik, jangan asal pelihara mereka, ya. Apalagi kalau statusnya rentan atau terancam punah!
Baca Juga: 6 Fakta Burung Formosan Blue Magpie, Saudaranya Gagak!
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.
Kesultanan Kanoman
Kesultanan Kanoman ini didirikan oleh Pangeran Muhamad Badrudi Kertawijaya atau Sultan Anom 1 di tahun 1678. Sebelumnya, Kesultanan Kanoman ini merupakan pecahan dari Kesultanan Cirebon pada tahun 1666.
Di masa kekosongan 1666 hingga 1678 itu Kesultanan Cirebon diambil alih kekuasaannya oleh Kerajaan Mataram. Berjalannya waktu dan tak puasnya pengambilahinan tersebut hingga menimbulkan konflik.
Akhirnya Kesultanan Cirebon dipecah dan salah satunya Kesultanan Kanoman yang diberikan Pangeran Muhamad Badrudin Kertawijaya.
Jejak-jejak peradaban kerajaan-kerajaan di atas masih bisa dilihat hingga sekarang di setiap wilayahnya. Masih terdapat keraton atau tempat pemerintahan dan tempat tinggal raja-raja yang menduduki kursi kekuasaan.
Peninggalan kerajaan-kerajaan tersebut kini menjadi sebuah destinasi wisata yang sering dikunjungi oleh para wisatawan yang ingin melihat dan menggali informasi tentang sejarah kerajaan tersebut.
Saat ini, Kesultanan Kanoman dipimpin oleh Sultan Anom XII Mochamad Saladin.
Jadi keraton mana saja yang sudah kamu datangi?
Kalimantan atau Borneo memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi. Pulau ini adalah rumah bagi beberapa burung dari famili Phasianidae. Ciri-ciri famili ini adalah bertubuh berat, hidup di darat, dan berkaki kuat, namun tidak semuanya bisa terbang.
Phasianidae sendiri terdiri atas 185 spesies. Lantas, apa saja burung dari famili Phasianidae yang bisa ditemukan di Kalimantan dan bagaimana wujudnya? Let’s take a look!
Burung hantu cokelat
Pertama adalah burung hantu cokelat (Strix aluco), yang warna bulunya seperti namanya. Burung hantu dari famili Strigidae ini beratnya kurang lebih 500 gram dengan lebar sayap satu meter. Mereka dapat dijumpai di hutan dan biasanya bertelur di sarang burung gagak atau bekas lubang tupai.
Makanannya bervariasi, mulai dari mamalia kecil, kelelawar, amfibi, hingga cacing tanah. Di alam liar, umurnya rata-rata hanya empat tahun. Tetapi, mereka bisa hidup lebih dari 27 tahun di penangkaran.